Paul Edmonds (67) dari California menjadi orang kelima yang sembuh dari HIV-AIDS
Paul Edmonds (67), seorang pria dari California, Los Angeles, telah menjadi orang kelima yang memasuki remisi penuh atau dinyatakan sembuh dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Ia dijuluki sebagai 'Pasien Kota Harapan', dinamai sesuai rumah sakit tempat ia dirawat. Sebelumnya, Edmonds didiagnosis positif HIV-AIDS pada 1988 saat dirinya berusia 33 tahun. Pria yang kini berusia 67 tahun ini termasuk di antara banyak temannya yang menerima diagnosis tersebut, dan beberapa orang terdekatnya meninggal dunia akibat virus tersebut.
Edmonds mengira dia juga akan mati seperti teman-temannya dalam satu atau dua tahun kemudian. Pada saat itu, ia menerima pengobatan terapi antiretroviral pertama yang berguna meningkatkan sistem kekebalan meski terkena HIV-AIDS, dan membuat virus ini tak terdeteksi dan tidak menular.
Pada tahun 2012, obat terapi pre-exposure prophylaxis (PrEP) memasuki dunia pasar. Pengguna pil harian ini dapat mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seks hingga 99 persen. Kombinasi dari kedua obat tersebut membuat Edmonds dapat bertahan hidup meski masih ada virus di dalam tubuhnya.
Pada 2018, Edmonds didiagnosis leukemia atau kanker darah. Ia pun memutuskan mencari perawatan untuk mengobati penyakit tersebut di City of Hope Medical Center, di luar tempat ia tinggal saat itu. Saat menjalani kemoterapi, dokter menyadari bahwa Edmonds memiliki kesempatan untuk sembuh dari dua penyakit berbahaya sekaligus dengan transplantasi sel punca langka. Pengobatan ini sebelumnya telah berhasil digunakan pada empat pasien yang mengidap sepasang penyakit tersebut.
Lantaran pengobatannya sendiri bisa sangat mematikan, sehingga dokter hanya menggunakannya pada orang yang sudah hampir meninggal. Dokter menemukan donor yang tidak berkerabat dengan pasien, namun memiliki mutasi genetik langka yang disebut CCR5 Delta 32 homozigot. Orang yang mengalami mutasi genetik tersebut memiliki resistensi alami terhadap HIV, karena mereka memiliki reseptor CCR5 pada sel kekebalan mereka yang dapat memblokir jalur yang perlu direplikasi oleh virus. Meskipun demikian, jenis transplantasi ini bisa mematikan karena ada kemungkinan sistem kekebalan tubuh menolak, dan mulai menyerang, sel yang ditanamkan.